Sejarah Singkat Desa Gubug



Mengenai sejarah Desa Gubug, disini kami tidak mampu menceritakan mulai adanya penduduk yang menghuni wilayah desa Gubug secara pasti, karena tidak adanya peninggalan-peninggalan secara tertulis yang dapat dipakai untuk menyusun sejarah ini. Yang kami pakai bahan disini adalah informasi yang dapat dipercaya dari para sesepuh yang masih hidup saat ini. Informasi lain dapat pula kami kaitkan dengan Sejarah Kebo Iwa.     
     Menurut sejarah tahun 1837, di Bali dinobatkan seorang raja yang bergelarSri Tupalung atau Gajah Waktra yang beristana di Bedhaulu. Beliau mempunyai dua orang patih yang masing-masing bernama Kebo Iwa dan Pasung Gerigis. Pada waktu itu kerajaan Majapahit di Jawa yang dipelopori atau diperintah oleh Tribuana Tunggadewi dengan patihnya yang sangat terkenal dengan Sumpah Palapanya bernama Gajah Mada yang ingin menguasai Bali. 

Akan tetapi Sri Tapalung yang sudah merasakan akan kekuasaanya tidak mau tunduk kepada Majapahit. Disamping itu raja-raja di Bali yang telah terjalin erat sejak pemerintahan nenek moyang raja Daha Gunapriya Dharmapatmi yang memerintah Bali tahun 989, itulah sebabnya Bali tidak mau tunduk kepada Majapahit dan malah menentang. 
     Untuk mempertahankan Bali dari serangan Majapahit, oleh raja Bedhaulu diutuslah Kebo Iwa untuk membuat benteng-benteng pertahanan di wilayah Bali Barat dengan diikuti oleh 800 orang pengiring. Salah satu benteng pertahanan yang ada kaitannya dengan desa Gubug adalah yang dibuat di Desa Bedha sekarang berlokasi di Bale Agung atau Dang Kahyangan Pura Luhur Bedha. Kata Bedha berasal dari kata bedeng yang artinya benteng. Untuk memperkuat benteng tersebut maka disekitar lokasi ini, yaitu di wilayah desa Gubug sekarang dibuat kubu-kubu pertahanan dengan perlengkapan atau peralatan-peralatan yang lengkap. 
     Nama Gubug ini katanya berasal dari kata Gubug atau kubu-kubu pertahanan. Kubu-kubu pertahanan yang lengkap ini dapat pula dikaitkan dengan nama-nama dusun yang ada disekitar lokasi ini antara lain, Dusun Pengayehan adalah sebuah dusun yang pertama kali dilalui oleh kali yang berasal dari tukad/sungai Yeh Enu, sehingga dipakai tempat mandi oleh penghuni dari kubu-kubu tersebut. Disebelah timur lokasi ini adalah Dusun Batusangian dan Dusun Pande, merupakan tempat membuat peralatan persenjataan, disebelah utaranya Dusun Tonja yaitu tempat meninjau apabila ada musuh yang datang, dan disebelah utaranya lagi Dusun Taman adalah tempat beristirahat dan bersukarianya para bala tentara Kebo Iwa. 
     Kebo Iwa atau Kebo Taruna yang selamanya membujang akhirnya dapat dibunuh secara licik oleh Gajah Mada di Jawa. Dengan meninggalnya Kebo Iwa akhirnya benteng-benteng ini sangat mudah ditembus / digebug oleh pasukan dari Majapahit untuk menaklukkan Raja-Raja di Bali. Jadi Gubug berasal dari kata Gebug.
     Mengenai cikal bakal penduduk desa Gubug, secara pasti tidak bisa kami utarakan disini, akan tetapi kalau ditinjau dari kumpulan-kumpulan keluarga besar menurut warna, penghuni wilayah ini adalah merupakan pendatang dari beberapa daerah antara lain : Kelungkung, Kapal, Tonja, Karangasem dan dari Jawa. Itulah yang sedikit kami utarakan tentang asal usul terjadinya desa Gubug. 
Tentang kronologis sejarah pemerintahan desa Gubug, menurut informasi dapat kami utarakan disini sebagai berikut. Pada tahun 1908- 1921, wilqyqh desa Gubug ini namanya penyamasan. Sebagai penyamasan pada waktu itu bernama Pan Margi, yang bertempat tinggal di Banjar Tegal Baleran Tabanan. Kemudian penyamasan ini dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yaitu,penyatakan / satak. Satak kangin yang dipegang olehPan Marni dari Banjar Tanah Pegat dan Satak kauh dipegang oleh Gurun Putu dari Banjar Gubug Baleran. Kemudian penyatatakan ini dibagi lagi menjadi penyeketan-penyeketan yang jumlahnya menjadi 8 (delapan) penyeketan yaitu : 
1. Penyeketan Banjar Taman 
2. Penyeketan Banjar Tonja 
3. Penyeketan Banjar Pande 
4. Penyeketan Banjar Batusangian 
5. Penyeketan Banjar Gubug Baleran 
6. Penyeketan Banjar Gubug Belodan 
7. Penyeketan Banjar Pengayehan 
8. Penyeketan Banjar Curah 

     Dari tahun 1921 nama penyamasan diganti dengan nama Bendesa. Bendesa Gubug pada waktu itu bernama I Gusti Agung Geria alias Bendesa Serbe yang berasal dari Banjar Taman. Beliau menjabat sampai tahun 1945. Dibawah Bendesa ada Banjar yang terdiri dari 8 (delapan) Banjar yang dipimpin oleh Kelian Banjar. Dari tahun 1945 – 1951, yang menjabat sebagai Bendesa Gubug adalah Anak Agung Kerug, adalah cucu dari Bendesa yang lama I Gusti Agung Geria. Dari tahun 1951- 1978, yang menjadi Bendesa Gubug adalah I Gede Mergog, dari Banjar Gubug Baleran. Kemudian dari tahun 1978- 1998, yang menjadi Bendesa Gubug adalah I Gusti Made Dendi, yang berasal dari Dusun/ Banjar Pengayehan. Dari tahun 1998-2007, yang menjadi Bendesa Gubug adalah I Gusti Nyoman Supartha, dari Dusun/Banjar Gubug Baleran. 
     Istilah Bendesa / Kepala Desa sampai sekarang diganti menjadiPerbekel. Yang menjadi Perbekel dari tahun 2007-2013, adalah I Wayan Suwitra, SH. yang berasal dari Banjar Gubug Baleran. Dan sejak tanggal 08 Mei 2013, Perbekel desa Gubug yang baru adalah Ir. I Nengah Mawan, yang berasal dari Banjar Batusangian. 
     Demikian secara singkat dapat kami utarakan tentang sejarah dan kronologis Pemerintahan Desa Gubug.